Pasukan “Sakit Hati”, begitu para personil Grup Band Pilar ini menyebut dirinya. Lho… memangnya kenapa? Wah, ternyata dari pengakuan para personilnya, grup musik ini terbentuk karena personilnya memiliki nasib yang sama. Yakni, sama-sama gagal melanjutkan perjuangan di grup lamanya. Hingga kemudian ketiganya bergabung membuat grup band baru.

“Nasib kita sama, sama-sama sakit hati. Soalnya, grup band yang kita buat dulunya memiliki nasib yang sama. Yakni, sama-sama bubar. Kita sebelumnya tidak saling kenal, tapi karena sering datang dan berkumpul di rumah Alex, kita kemudian memilikin keinginan untuk membuat grup band baru,” ujar Wisnu, gitaris sekaligus vokalis Pilar Band saat di temui Global di sela-sela latihan rutinnya di Studio JG Musik Padang Bulan kemarin.

Selain Wisnu, Pilar Band yang memiliki base camp di Jalan Tempirain, Griya Martubung Blok 7 No 161 ini juga diperkuat oleh Nico(Bassis) dan Alex(Drummer). Sejak awal tahun 2008 lalu, ketiganya bergabung dan membentuk grup yang mereka beri nama Pilar Band. Mengusung aliran musik rock alternatif, Pilar mencoba menembus ketatnya persaingan dunia musik lokal dan nasional.

“Kalau untuk aliran, sebenarnya kita memadukan berbagai aliran musik dalam lagu-lagu kita. Soalnya, selera musik kita bertiga berbeda. Ada yang suka pop, reggae hingga jazz. Jadi, lagu-lagu yang kita buat pun bermacam-macam,” ungkap Wisnu.

Perbedaan ini jugalah, kata Wisnu, yang membuat para personil Pilar semakin kompak. Bahkan, berkat kolaborasi ketiganya, Pilar sukses membuat sebuah album yang terdiri dari sembilan buah lagu. Yang lebih hebat lagi, kesembilan lagu ini dikerjakan Pilar dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan.“Persiapan untuk pembuatan album ini sekitar tiga bulanan, sekarang sedang masuk dalam tahap akhir. Rencananya album ini bulan depan akan kita kirim ke Jakarta,” seru Wisnu.

Kesembilan lagu Pilar Band adalah Hawa, Kau Tetap Ada, Balikkan Telapak Tangan, Hanya Sebuah Kisah, Kupu-kupu Bidadari, Untuk Dirinya, Hey Kau, Tak Ku Sadar serta sebuah lagu yang berjudul Pergilah Cinta, yang juga menjadi hit dalam album perdana ini.

“Seperti juga lagu-lagu band lainnya, sebagian besar dari lagu kita bercerita tentang cinta. Namun, ada juga yang bercerita tentang kondisi sosial, budaya dan kejadian sehari-hari. Dari sembilan lagu tersebut, lagu yang kita jadikan unggulannya adalah lagu yang berjudul Pegilah Cinta,” ujar Nico, Bassis Pilar Band.

Minimnya studio rekaman yang ada di Medan serta dijadikannya Jakarta sebagai pusat industri musik nasional memang telah berimbas terhadap band-band lokal. Keadaan ini membuat grup band lokal kalah bersaing dengan grup band dari daerah lain, terutama dari Pulau Jawa. Pasalnya, jika grup lokal ingin bersaing di pentas nasional mereka harus ke Jakarta.

“Potensi grup band lokal sebenarnya bagus, masalahnya akses untuk masuk dalam industri musik nasional itu yang sangat sulit. Untuk sekarang ini, kalau kita tidak ke Jakarta, peluang untuk bisa meretas industri musik nasional ya tetap jalan di tempat,” terang Nico.

Oleh karena itulah, Pilar Band berharap album perdananya bisa sukses dan diterima oleh industri rekaman yang ada di Jakarta.”Harapan kita, semoga album yang pertama ini dapat di terima oleh studio rekaman di Jakarta. Karena dengan jalan inilah, kita bersaing dengan grup lainnya. Doakan saja ya…,” jelas Nico sambil meminta doa restu kepada para pecinta musik Kota Medan seraya menutup pembicaraan.